cara menanam padi dan perawatannya

Cara menanam padi yang baik akan
menentukan keberhasilan dalam budidaya.
Sekalipun cara menanam padi sawah dianggap
budidaya mudah akan tetapi kegagalan panen
masih sering terjadi hampir di seluruh wilayah
di Indonesia, apalagi ketika tanaman padi
terserang hama tikus, sudah bisa dipastikan
hasil panen menurun sangat signifikan.
Sekalipun mudah, jika kita menguasai cara
menanam padi yang baik niscaya akan
meningkatkan produktivitas pertanaman.
Berikut ini akan dibahas mengenai bagaimana
teknik menanam padi berserta cara
pengendalian hama penyakitnya.
Tanaman padi sawah memerlukan curah hujan
antara 200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/
tahun dengan ketinggian tempat optimal 0-1500
mdpl. Suhu optimal untuk pertumbuhan
tanaman padi 23°C. Intensitas sinar matahari
penuh tanpa naungan. Budidaya padi sawah
dapat dilakukan disegala musim. Air sangat
dibutuhkan oleh tanaman padi. Pada musim
kemarau, air harus tersedia untuk meningkatkan
produksi. Tanah yang baik mengandung pasir,
debu dan lempung.
Pengukuran pH tanah diperlukan untuk
menentukan jumlah pemberian kapur pertanian
pada tanah masam atau pH rendah (di bawah
6,5). Pengukuran bisa menggunakan kertas
lakmus, pH meter, atau cairan pH tester.
Pengambilan titik sampel bisa dilakukan dengan
cara zigzag.
Persiapan lahan meliputi pembersihan jerami
padi atau sisa tanaman lain, pencangkulan
pada pematang sawah untuk memperbaiki
pematang-pematang rusak, pemberian kapur
pertanian disesuaikan dengan pH tanah,
pemberian pupuk kandang yang sudah
difermentasi sebanyak 4 ton/ha, pembajakan
dan penggaruan tanah. Pada saat penggaruan
saluran pembuangan air sebaiknya ditutup, agar
pupuk yang sudah diberikan tidak hanyut.
Membuat persemaian merupakan langkah awal
bertanam padi . Pembuatan persemaian
memerlukan persiapan sebaik-baiknya, sebab
benih di persemaian ini akan menentukan
pertumbuhan tanaman padi di sawah , oleh
karena itu persemian harus benar-benar
mendapat perhatian, agar harapan untuk
mendapatkan bibit padi sehat dan subur dapat
tercapai. Yang perlu diperhatikan adalah
penggunaan benih unggul bersertifikat, dengan
kebutuhan 25-30 kg/ha. Pilih lokasi persemaian
yang tanahnya subur dan intensitas cahaya
matahari sempurna. Buat bedengan dengan
ukuran lebar 1 m, panjang 4 m, dan tinggi
20-30 cm. Untuk lahan seluas 1 hektar
dibutuhkan 4 bedengan. Untuk menghindari
serangan tikus, sebaiknya tempat persemaian
dikelilingi pagar plastik. Berikan pupuk NPK
15-15-15 sebanyak 1 kg untuk 4 bedengan.
Benih yang telah direndam selama 1 malam
siap untuk ditebar.
Bibit berumur 18 hari siap untuk pindah
tanam. Sebelum ditanam, bibit yang telah
dicabut direndam dalam larutan insektisida
berbahan aktif karbofuran dengan konsentrasi 1
gr/ liter selama 2 jam. Daun bibit dibiarkan
utuh, tidak dipotong seperti kebiasaan petani.
Pada saat penanaman , lahan dalam kondisi
macak-macak, tidak perlu tergenang air.
Penanaman dilakukan dengan jumlah satu
tanaman per titik tanam, dengan sistem jajar
legowo 2 -1 dengan jarak 15 x 25 cm dan lebar
barisan legowo 50 cm. Keuntungan penanaman
menggunakan sistem ini adalah memberikan
ruang cukup untuk pengaturan air serta
mengoptimalkan cahaya matahari, pengendalian
hama penyakit lebih mudah, dan pemupukan
lebih berdaya guna.
Penyulaman dilakukan sampai dengan umur
tanaman 2 minggu. Tanaman yang sudah
terlalu tua apabila masih terus disulam
mengakibatkan pertumbuhan tidak seragam,
akan berpengaruh terhadap pemanenan.
Sanitasi lahan pada budidaya padi meliputi :
pengendalian gulma/rumput (penyiangan), dan
pencabutan tanaman terserang hama penyakit.
Penyiangan dilakukan 2 kali, sebelum
pemupukan kedua dan ketiga dengan cara
mencabut gulma atau menggunakan alat
gosrok/landak. Bila pertumbuhan gulma cukup
cepat, maka penyiangan bisa dilakukan 3 kali.
Hal utama yang perlu diperhatikan dalam
pengairan budidaya padi sawah adalah
pengaturan air agar tetap dalam kondisi macak-
macak. Tinggi air tidak lebih dari 1 cm.
Pengaturan air terus dilakukan sampai 10 hari
menjelang panen.
Pupuk akar diberikan sebanyak 3 kali.
Pemupukan pertama pada umur 7 hari setelah
tanam (HST) menggunakan pupuk NPK 15-15-15
sebanyak 150 kg/ha dan urea sebanyak 50 kg/
ha. Pemupukan kedua dilakukan pada umur 20
HST menggunakan pupuk NPK 15-15-15 sebanyak
150 kg/ha dan urea sebanyak 50 kg/ha.
Pemupukan ketiga dilakukan pada umur 35 HST
dengan menggunakan pupuk NPK 15-15-15
sebanyak 250 kg/ha.
Pupuk daun kandungan Nitrogen tinggi
diberikan pada umur 14 hst dengan konsentrasi
2 gr/liter, sedangkan pupuk daun kandungan
Phospat dan kalium tinggi diberikan pada umur
30 hst dan 45 hst. Pemupukan phospat dan
kalium tinggi menggunakan pupuk MKP dengan
konsentrasi 2 gr/liter pada umur 30 hst, dan
konsentrasi 4 gr/lliter pada umur 45 hst.
Orong-orong tanaman padi sawah adalah
Gryllotalpa orientalis Burmeister . Orong-orong
jarang menjadi masalah pada budidaya padi
sawah, tapi sering ditemukan di lahan pasang
surut dan biasanya hanya terdapat di sawah
kering tidak digenangi. Penggenangan lahan
menyebabkan orong-orong pindah ke pematang.
Stadia tanaman yang rentan terhadap serangan
hama ini adalah fase pembibitan sampai
anakan. Benih di pembibitan juga dapat
dimakannya. Hama ini merusak akar muda
dengan cara memotong tanaman padi pada
pangkal batang yang berada di bawah tanah.
Gejala kerusakan demikian terkadang sering
dikira orang disebabkan oleh penggerek batang
(sundep). Pertanaman padi muda yang
diserangnya mati sehingga terlihat adanya spot-
spot kosong di sawah .
Pengendalian dengan penggenangan sawah 3-4
hari untuk membunuh telur orong-orong di
tanah. Penggunaan umpan (sekam dicampur
insektisida berbahan aktif metomil), jika
diperlukan bisa dengan aplikasi insektisida
berbahan aktif fipronil atau karbofuran dengan
dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada
kemasan.
Ulat grayak tanaman padi sawah adalah
Spodoptera litura. Ulat grayak menyerang daun
tanaman bersama-sama dalam jumlah sangat
banyak, ulat ini biasanya menyerang di malam
hari dengan cara memakan daun tanaman padi.
Gejala pada daun berupa bercak-bercak putih
dan berlubang, dan hanya meninggalkan tulang
daun. Larva ulat grayak menyerang tanaman
padi sejak di persemaian sampai fase
pengisian. Serangan parah terjadi saat musim
kemarau dan tanaman kekurangan air.
Pengendalian dengan penyemprotan insektisida
berbahan aktif sipermetrin, deltametrin,
profenofos, klorpirifos, metomil,
kartophidroklorida, atau dimehipo dengan
dosis/konsentrai sesuai petunjuk pada
kemasan.
Penggerek batang padi yang menyerang
tanaman padi sawah di Indonesia adalah :
1. Scirpophaga incertulas
2. Scirpophaga innotata
3. Chilo suppressalis
4. Chilo polychrysus Meyrick
5. Chilo auricilius Dudgeon
6. Sesamia inferens
7. Tryporiza innota
8. Tryporiza incertulas
Serangan pada fase vegetatif tidak terlalu
mempengaruhi hasil panen karena tanaman
padi masih dapat mengkompensasi dengan
membentuk anakan baru. Gejala serangan
berupa daun tengah atau pucuk tanaman mati
karena titik tumbuh dimakan larva penggerek
batang. Pucuk tanaman padi yang mati akan
berwarna coklat dan mudah dicabut (gejala ini
biasa disebut Sundep).
Serangan pada fase generatif ditandai dengan
larva penggerek batang memakan pangkal
batang tanaman padi tempat malai berada.
Malai akan mati, berwarna abu-abu dan
bulirnya kosong/hampa. Malai mudah dicabut,
pada pangkal batang terdapat bekas gerekan
larva penggerek batang (gejala ini biasa disebut
Beluk).
Pengendalian kimiawi dengan aplikasi
insektisida berbahan aktif fipronil, monosultap,
bisultap, bensultap, dimehipo, karbosulfan,
karbofuran atau amitraz dengan dosis/
konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
Hama putih tanaman padi sawah adalah
Nymphula depunctalis. Hama putih menyerang
tanaman padi mulai fase vegetatif di
persemaian sampai tanaman padi berumur
kurang lebih satu bulan. Hama putih akan
memakan jaringan permukaan bawah daun
sehingga tampak garis-garis memanjang
berwarna putih. Tanda adanya hama ini adalah
adanya larva kecil dan ngengat dengan siklus
hidup 35 hari.
Stadia hama putih yang merusak adalah stadia
larva. Kerusakan pada daun ditandai daun
terpotong seperti digunting. Daun yang
terpotong tersebut dibuat menyerupai tabung
yang digunakan larva untuk membungkus
dirinya (terbungkus dengan benang-benang
sutranya).
Pengendalian kimiawi dengan penyemprotan
insektisida berbahan aktif abamektin,
imidakloprid, karbosulfan, atau dimehipo
dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada
kemasan.
Hama putih palsu tanaman padi sawah adalah
Chanaphalocrosis medinalis . Hama putih palsu
menyerang bagian daun tanaman padi , larva
akan memakan jaringan hijau daun dari dalam
lipatan daun, permukaan bawah daun berwarna
putih. Ngengat berwarna kuning coklat, pada
bagian sayap depan ada tanda pita hitam
sebanyak tiga buah yang garisnya lengkap atau
terputus. Saat diam, ngengat berbentuk
segitiga.
Pengendalian hama ini tidak diperkenankan
melakukan penyemprotan insektisida sebelum
tanaman padi berumur 30 hst atau 40 hari
setelah sebar benih. Tanaman padi sawah yang
terserang pada fase ini, dapat pulih apabila air
dan pupuk dikelola dengan baik. Atau dengan
mencegah penggenangan lahan secara terus
menerus dan mengeringkan sawah selama
beberapa hari untuk membunuh larvanya. Jika
tanaman padi telah berumur lebih dari 30 hst
dan serangan tidak terkendali, bisa dengan
aplikasi insektisida berbahan aktif indoksakarb,
bensultap, BPMC, MIPC, tiakloprid, fipronil, atau
karbofuran dengan dosis/konsentrasi sesuai
petunjuk pada kemasan.
Hama wereng coklat tanaman padi sawah
adalah Nilaparvata lugens Stal. Wereng coklat
merupakan hama dari golongan insekta yang
sangat merugikan pertanaman padi di
Indonesia. Hama ini menyebabkan tanaman
padi mati kering dan tampak seperti terbakar,
serta dapat menularkan beberapa jenis
penyakit . Pemupukan kandungan N tinggi yang
tidak diimbangi dengan P dan K tinggi serta
penanaman dengan jarak tanam rapat sangat
rentan terserang wereng coklat . Hama wereng
coklat menyerang tanaman padi mulai dari
pembibitan hingga fase masak susu. Gejala
serangan adalah terdapatnya imago wereng
coklat pada tanaman , menghisap cairan
tanaman pada pangkal batang, kemudian
tanaman menguning dan mengering.
Pengendalian hama dengan pengaturan jarak
tanam, menanam varietas tahan wereng (bisa
meminta informasi ke dinas pertanian terdekat),
penggunaan lampu perangkap, serta
memanfaatkan musuh alami (contoh : laba-laba
Ophione nigrofasciata, Paederus fuscifes,
Coccinella, dan kepik Cyrtorhinus
lividipennis). Apabila serangan di luar ambang
kendali, aplikasikan insektisida berbahan aktif
imidakloprid, bensultap, BPMC, betasiflutrin,
buprofezin, dimehipo, tiametoksam, atau
karbofuran dengan dosis/konsentrasi sesuai
petunjuk pada kemasan.
Hama wereng hijau tanaman padi sawah
adalah Nephotettix virescens. Hama wereng
hijau merupakan hama penyebar (vektor) virus
tungro penyebab penyakit tungro . Fase
persemaian sampai pembentukan anakan
maksimum merupakan fase paling rentan
serangan wereng hijau . Gejala kerusakan
ditandai dengan tanaman kerdil, anakan
berkurang, serta daun berubah menjadi kuning
sampai kuning oranye. Pengendalian hama ini
sama seperti pengendalian hama wereng
coklat.
Hama walang sangit tanaman padi sawah
adalah Leptcorisa oratorius . Walang sangit
adalah hama tanaman padi setelah berbunga,
menghisap cairan bulir padi dan mengakibatkan
bulir padi menjadi hampa atau pengisiannya
tidak sempurna, berubah warna serta
mengapur. Fase tanaman padi mulai keluar
malai sampai masak susu merupakan fase
paling rentan. Hama walang sangit selain
menurunkan produksi juga menurunkan kualitas
gabah padi . Hama ini menyebabkan
meningkatnya Grain dis-coloration.
Pengendalian kimiawi dengan aplikasi
insektisida berbahan aktif alfametrin,
bensultap, BPMC, MIPC, tiakloprid, fipronil, atau
betasiflutrin dengan dosis/konsentrasi sesuai
petunjuk pada kemasan.
Hama keong mas tanaman padi sawah adalah
Pomacea canaliculata. Keong mas merusak
tanaman padi dengan cara memarut jaringan
tanaman dan memakannya, menyebabkan
adanya bibit yang hilang per tanaman . Keong
mas menyenangi tempat-tempat yang digenangi
air.
Pengendalian hama dengan pengamatan di
lapangan, Waktu kritis untuk mengendalikan
serangan keong mas adalah pada saat 10 hst
atau 21 hari setelah sebar benih (benih basah).
Jika di sawah ditemukan telur berwarna merah
muda dan keong mas dengan berbagai ukuran
serta warna, perlu dilakukan pengaturan air.
Pada tanaman padi berumur 15 hst, perlu
dilakukan pengeringan kemudian digenangi lagi
secara bergantian (flash flood = intermitten
irrigation). Bila petani menanam dengan sistem
tabela (tanam benih secara langsung), selama
21 hari setelah sebar benih sawah perlu
dikeringkan kemudian digenangi secara
bergantian. Apabila serangan diluar ambang
kendali bisa dengan aplikasi moluskisida
berbahan aktif niclosamida atau saponin
dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada
kemasan.
Hama tikus sawah tanaman padi sawah adalah
Rattus argentiventer Rob Kloss . Tikus sawah
merupakan hama utama tanaman padi dari
golongan mamalia (binatang menyusui).
Pengendalian hama tikus memerlukan
pendekatan yang sangat spesifik.
Tikus sawah menyebabkan kerusakan tanaman
padi mulai dari persemaian padi hingga padi
siap dipanen, dan bahkan menyerang padi di
dalam gudang penyimpanan. Kerusakan akibat
serangan tikus sawah bisa mengakibatkan puso
dengan nilai kerugian yang jauh lebih tinggi
dibanding serangan Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT) lain.
Sanitasi lingkungan bertujuan untuk
menjadikan lingkungan sawah menjadi tidak
menguntungkan bagi kehidupan dan
perkembangbiakan tikus . Kegiatan sanitasi
dengan pembersihan gulma di areal
pertanaman mulai dari pematang sampai
saluran irigasi, terutama pada tanggul tinggi
dengan tujuan agar tikus tidak bersarang di
tempat tersebut.
Pengaturan pola tanam bertujuan membatasi
perkembangbiakan tikus sawah, karena tikus
sawah hanya berkembangbiak saat tanaman
padi pada fase generatif. Pengaturan pola
tanam dapat membatasi perkembangbiakan
tikus sawah.
Pengaturan jarak tanam lebih lebar dari
biasanya, seperti cara tanam legowo, bertujuan
membuat lingkungan lebih terbuka sehingga
kurang disukai tikus .
Tujuan pengendalian dengan cara ini adalah
mengubah faktor lingkungan fisik menjadi tidak
sesuai untuk kehidupan tikus sawah. Tikus
mempunyai batas toleransi terhadap beberapa
faktor fisik seperti suhu, cahaya, air, dan suara.
Beberapa cara pengendalian dengan
menggunakan alat penyembur api (brender)
yang disemprotkan kesarang tikus , memompa
air kedalam sarang tikus , mengusir tikus
dengan suara ultrasonik, pemerangkapan
(trapping), Gropyokan massal (community
actions), Sistem bubu perangkap linier (linier
trap barrier system atau LTBS), dan Sistem
bubu perangkap (trap barrier system atau TBS).
Informasi LTBS dan TBS dapat meminta
menjelasan ke instansi pertanian terdekat.
Musuh alami berasal dari kelompok burung,
mamalia dan reptilia. Pemangsa dari kelompok
burung antara lain Tito alba javanica (burung
hantu putih), Bubo ketupu (burung hantu
cokelat) dan Nyctitorac nyctitorac (burung
kowak maling). Pemangsa dari kelompok
mamalia antara lain Verricula malaccensis
(musang bulan atau rase), Herpestes javanicus
(garangan), Felis catus (kucing) dan Canis
familiaris (anjing). Pemangsa dari kelompok
reptilia antara lain Ptyas koros (ular tikus),
Naja naja (ular kobra), Trimeresurus hagleri
(ular hijau), dan Phyton reticulatus (ular
sanca).
Pemangsa terbaik tikus sawah adalah burung
hantu, karena burung hantu mempunyai laju
fisiologis besar sehingga mampu mengkonsumsi
tikus dalam jumlah banyak. Pemangsa jenis
burung juga mempunyai kemampuan mencari
mangsanya lebih baik dibandingkan jenis
pemangsa lain. Walaupun demikian, burung
hantu memerlukan habitat yang sesuai seperti
daerah perkebunan, pegunungan atau
perkampungan. Sedangkan pada daerah sawah
irigasi yang luas dan terbuka, burung hantu
kurang cocok berdomisili di daerah tersebut.
Oleh karena itu, sangat perlu untuk
memberikan lingkungan yang cocok dan
melindungi predator tikus . Pada tubuh tikus
sawah terinfeksi berbagai jenis cacing, sehingga
memberikan umpan tikus menggunakan
patogen seperti bakteri salmonella dapat
dilakukan, tetapi umpan rodentisida tersebut
juga membahayakan kesehatan manusia.
Rodentisida. Rodentisida yang dipasarkan pada
umumnya dalam bentuk siap pakai, atau
mencampur sendiri dengan bahan umpan.
Rodentisida digolongkan menjadi racun akut
dan antikoagulan. Racun akut dapat membunuh
tikus langsung ditempat setelah makan umpan,
sehingga dapat menyebabkan tikus jera.
Sedangkan rodentisida antikoagulan akan
menyebabkan tikus mati setelah lima hari
memakan umpan dengan dosis cukup sehingga
tidak menyebabkan jera umpan. Namun
demikian jenis rodentisida antikoaglan
mempunyai efek sekunder negatif terhadap
predator tikus .
Fumigasi. Adalah teknik yang ditujukan
langsung ke sarang tikus , teknik ini merupakan
teknik efektif dengan membunuh tikus di
dalam sarang.
Adalah cara pemandulan tikus baik untuk tikus
jantan maupun tikus betina. Cara ini lebih
efektif karena tikus sawah berkembangbiak
sangat cepat. Beberapa jenis bahan kimia yang
digunakan untuk pemandulan manusia juga
dapat digunakan untuk memandulkan tikus
sawah.
Penyakit hawar daun bakteri tanaman padi
sawah adalah Xanthomonas oryzae pv. oryzae .
Penyakit hawar daun bakteri (bacterial leaf
blight = BLB) menyerang di semua musim, baik
musim kemarau maupun musim hujan dan
disemua tempat baik pertanaman padi di
dataran rendah maupun dataran tinggi. Pada
musim hujan biasanya berkembang lebih baik.
Kerugian hasil yang disebabkan oleh penyakit
hawar daun bakteri dapat mencapai 60%.
Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan
rotasi tanaman , pengaturan jarak tanam,
penggunaan varietas tahan serangan BLB,
pemupukan berimbang. Pengendalian kimiawi
menggunakan bakterisida dari golongan
antibiotik, berbahan aktif oksitetrasiklin,
streptomisin sulfat, asam oksolinik, atau
kasugamisin hidroklorida dengan dosis/
konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
Penyakit hawar daun jingga tanaman padi
sawah adalah Pseudomonas sp. Penyakit
hawar daun jingga (Bacterial Red Stripe/BRS)
tersebar di hampir seluruh Pulau Jawa dan
Sumatera, terutama di dataran rendah (<100 m
dpl). Pada musim kemarau, penyakit ini
biasanya menyerang tanaman padi pada fase
generatif. Di Jalur Pantura Jawa Barat penyakit
ini dijumpai merata di kabupaten Karawang,
Subang, Indramayu, dan Cirebon. Varietas tahan
hawar daun jingga sampai saat ini belum
tersedia. Hasil penelitian di lapangan
menunjukkan bahwa perkembangan penyakit
HDJ sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor
praktek produksi yang dilakukan seperti
pemupukan, jarak tanam, dan pengairan.
Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan
pemupukan berimbang, jarak tanam lebar, dan
pengeringan secara berkala. Pengendalian
kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan
antibiotik berbahan aktif oksitetrasiklin,
streptomisin sulfat, asam oksolinik, atau
kasugamisin hidroklorida dengan dosis/
konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
Penyakit hawar pelepah tanaman padi sawah
adalah Rhizoctonia solani kuhn. Hawar
pelepah menyerang tanaman padi baik pada
dataran tinggi maupun dataran rendah. Gejala
penyakit dimulai pada bagian pelepah dekat
permukaan air, berupa bercak-bercak besar
berbentuk jorong, tepi tidak teratur berwarna
coklat dan bagian tengah berwarna putih pucat.
Penyakit hawar pelepah ini muncul sejak
dikembangkan varietas padi beranakan banyak,
didukung oleh pemberian pupuk kandungan
nitrogen tinggi secara berlebihan, serta cara
tanam dengan jarak rapat. Kehilangan hasil
padi akibat penyakit hawar pelepah dapat
mencapai 30%.
Pengendalian penyakit ini dengan pengaturan
jarak tanam, pemupukan berimbang, dan
aplikasi trichoderma. Pengendalian kimiawi
dengan aplikasi fungisida berbahan aktif
propamokarb hidroklorida, simoksanil,
kasugamisin, asam fosfit, atau dimetomorf
dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada
kemasan.
Penyakit busuk batang tanaman padi sawah
adalah Helminthosporium sigmoideum .
Penyakit busuk batang merupakan salah satu
penyakit utama padi di Indonesia. Penyakit ini
selalu ditemukan pada setiap musim tanam
dengan kategori infeksi ringan sampai sedang.
Pada musim hujan, lebih dari 60% tanaman
padi di jalur pantura Jawa Barat mengalami
kerebahan akibat diinfeksi cendawan H.
Sigmoideum. Kerebahan menyebabkan
persentase gabah hampa meningkat. Kehilangan
hasil padi akibat penyakit busuk batang
25-30%. Busuk batang ditemukan lebih parah
pada varietas padi beranakan banyak yang
ditanam pada lokasi kahat kalium serta
berdrainase jelek.
Pengendalian penyakit ini dengan pengaturan
jarak tanam, pemupukan berimbang,
pengapuran lahan untuk mencapai pH ideal,
dan pengeringan sawah secara berkala.
Pengendalian kimiawi dengan aplikasi fungisida
berbahan aktif propamokarb hidroklorida,
simoksanil, difenokonazol, tebukonazol, atau
dimetomorf. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk
pada kemasan.
Penyakit blas tanaman padi sawah adalah
Pyricularia grisea. Blas merupakan penyakit
penting terutama pada padi gogo . Daerah
endemik penyakit blas di Indonesia adalah
Lampung, Sumatera Selatan, Jambi, Sumatera
Barat, Sulawesi Tangah, Sulawesi Tenggara, dan
Jawa Barat bagian selatan (Sukabumi dan
Garut). Akhir-akhir ini penyakit blas khususnya
blas leher menjadi tantangan serius karena
banyak ditemukan pada beberapa varietas padi
sawah di Jalur Pantura Jawa Barat. Blas
menginfeksi tanaman pada semua stadium dan
menyebabkan tanaman puso. Pada fase
vegetatif biasanya menginfeksi bagian daun,
disebut blas daun (leaf blast). Pada fase
generatif selain menginfeksi daun juga
menginfeksi leher malai disebut blas leher
(neck blast) . Pemupukan tidak berimbang,
terutama kandungan nitrogen tinggi dan kondisi
kekurangan air sangat disenangi oleh penyakit
blas ini. Artinya makin tinggi pupuk nitrogen
keparahan penyakit makin tinggi.
Pengendalian penyakit ini dengan pengaturan
jarak tanam , penggunaan benih bebas infeksi
patogen, pemupukan berimbang, pengapuran
lahan untuk mencapai pH ideal, serta
pengeringan sawah secara berkala.
Pengendalian kimiawi dengan aplikasi fungisida
berbahan aktif karbendazim, metil tiofanat,
difenokonazol, mankozeb, atau klorotalonil.
Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada
kemasan.
Penyakit bercak tanaman padi sawah adalah
Cercospora leaf spot. Penyakit bercak daun
cercospora sering disebut bercak coklat sempit
(narrow brown leaf spot) disebabkan oleh jamur
Cercospora oryzae Miyake. Penyakit bercak
daun cercospora merupakan penyakit
merugikan terutama pada sawah tadah hujan
yang kahat (kekurangan) kalium. Penurunan
hasil akibat penyakit ini disebabkan oleh
keringnya daun sebelum waktunya dan
keringnya pelepah daun yang menyebabkan
tanaman rebah. Gejala serangan ditandai
adanya bercak-bercak sempit memanjang pada
daun, berwarna coklat kemerahan, sejajar
dengan ibu tulang daun, dengan ukuran
panjang kurang lebih 5 mm dan lebar 1-1,5
mm. Pada saat tanaman padi membentuk
anakan, bercak ini semakin meningkat. Infeksi
yang terjadi pada batang dan pelepah
meyebabkan batang dan pelepah daun busuk
sehingga tanaman menjadi rebah.
Pengendalian penyakit ini dengan pemberian
pupuk NPK berimbang, pengaturan jarak tanam,
pengapuran lahan untuk meningkatkan pH
tanah. Pengendalian kimiawi dengan aplikasi
fungisida berbahan aktif karbendazim, metil
tiofanat, difenokonazol, mankozeb, atau
klorotalonil. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk
pada kemasan.
Penyakit daun coklat tanaman padi sawah
adalah cendawan Helminthosporium oryzae .
Gajala serangan bercak caun coklat ditandai
bercak coklat pada daun berbentuk oval merata
di permukaan daun dengan titik tengah
berwarna abu-abu atau putih. Titik abu-abu di
tengah bercak merupakan gejala khas penyakit
bercak daun coklat di lapang. Bercak yang
masih muda berwarna coklat gelap atau
keunguan berbentuk bulat. Pada serangan
berat, jamur dapat menginfeksi gabah dengan
gejala bercak berwarna hitam atau coklat gelap
pada gabah.
Pengendalian kimiawi dengan pemberian pupuk
NPK berimbang, pengaturan jarak tanam,
pengapuran lahan untuk meningkatkan pH
tanah. Pengendalian kimiawi dengan aplikasi
fungisida berbahan aktif azoxistrobin, belerang,
difenokonazol, tebukonazol, karbendazim, metil
tiofanat, atau klorotalonil. Dosis/konsentrasi
sesuai petunjuk pada kemasan.
Penyakit tungro tanaman padi sawah adalah
virus batang tungro padi (rice tungro
bacilliform virus, RTBV) dan virus bulat tungro
padi (rice tungro spherical virus, RTSV). Tungro
merupakan penyakit padi yang kompleks, kedua
virus ditularkan secara semipersisten oleh
beberapa spesies wereng hijau dan wereng
daun lainnya. Infeksi virus tungro menyebabkan
tanaman kerdil, daun muda berwarna kuning
dari ujung daun, daun kuning nampak sedikit
melintir dan jumlah anakan lebih sedikit dari
tanaman sehat. Secara umum hamparan
tanaman padi terlihat berwarna kuning dan
tinggi tanaman tidak merata, terlihat spot-spot
tanaman kerdil.
Virus tugro dapat dikendalikan dengan cara
mengendalikan serangga vektor penular virus ,
terutama pengendalian wereng hijau . Aplikasi
insektisida untuk mematikan secara cepat
wereng hijau agar efisien dengan
memperhatikan dampak pestisida terhadap
lingkungan, sebaiknya dilakukan berdasarkan
hasil pengamatan tentang kondisi ancaman
tungro.
Penyemprotan pestisida harus dilakukan
berseling atau penggantian bahan aktif yang
tertera di atas setiap melakukan penyemprotan,
jangan menggunakan bahan aktif yang sama
secara berturut-turut.
Buah padi dapat dipanen saat 95% malai
menguning. Ketepatan waktu panen sangat
mempengaruhi kualitas bulir padi dan kualitas
beras. Panen terlalu cepat menyebabkan
persentase butir hijau tinggi, berakibat
sebagian biji padi tidak terisi atau rusak saat
digiling. Sedangkan pemanenan terlambat
menyebabkan hasil berkurang karena butir padi
mudah lepas dari malai dan beras pecah saat
digiling.
Perontokan padi dilakukan segera setelah padi
dipotong menggunakan sabit, agar kualitas
gabah dan beras giling tinggi. Perontokan lebih
dari 2 hari menyebabkan kerusakan beras. Beras
menjadi kurang bersih.

0 Response to "cara menanam padi dan perawatannya"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel